Rinduku seperti debu yang berterbangan

Aku ingat ketika aku melirikmu, secara sadar ataupun tidak aku selalu menyukai senyummu, bahkan saat senyum itu tak pernah untukku, aku pasti akan tetap menyukainya.
Tlah banyak ribuan kenangan tentang senyummu bahkan melebihi kapasitas mengingat diotakku, senyummu selalu terlihat berbeda dari yang lain.

Apa kamu ingat setiap pulang sekolah dulu aku selalu mencoba melihat senyummu sebelum pulang sekolah bahkan aku seperti penguntit, tepat diparkiran sekolah aku selalu melirik motormu sebenarnya hanya memastikan apakah kamu sudah pulang atau belum, aku bahkan harus menelan rasa kecewa saat tau motormu sudah tak ada lagi diparkiran sekolah atau bahkan yang lebih menyakitkan lagi saat kamu memarkirkan motormu tepat didepanku hanya untuk menjemput wanitamu mengantarnya pulang dengan semua cerita yang kamu punya hari ini.

Sementara aku harus menelan rasa sakit ini sendiri, berdiam diri memang menyakitkan tapi jika melawan hanya akan membuat rasa sakit lainnya.

Aku selalu merindukan senyummu sebelum tidurpun aku selalu bernostalgia mengingat senyummu, tak ada yang tidak kurindukan darimu semua tentangmu selalu setia untuk dirindukan.
Bahkan dengan jarak yang kini mengikis pertemuanku denganmu, aku lelah harus merindu terus bahkan aku bermimpi indah tentangmu, kita berdua berjalan bergandengan tangan ditengan taman bunga kita seperti sepasang kekasih melihat  satu sama lain dalam sepasang mata seolah berkata "tidak ada lagi selain kamu".

Terlalu banyak air mata untuk menangisi kerinduan, untukmu mungkin sudah milyaran air mata tercipta untuk merindukanmu.
Jarak rumah kita memang tak jauh, tapi jiwa ini seakan menjauh bermil-mil dari tempatmu.
Mungkin sesekali kita bertemu tapi hanya selalu aku yang melihatmu tidak pernah kamu yang melihatku, aku seperti debu yang berterbangan, terasa disekitarmu tapi tak pernah terlihat olehmu.

0 komentar:

Posting Komentar