Sebilah pisau yang menyayat hati...


Aku tau hatimu keras, namun sepertinya kerasnya hatimu melebihi sebongkah batu.
Aku tau dirimu dingin, dan kamu membeku layaknya Es.
Keras dan Dingin…
Ucapanmu sangat tajam…


Bagai ujung pedang yang ter-asah dan saat tertusuk pasti akan terluka dan berdarah..
Bibirmu bagai alat pelacak,
yang tau kapan harus berbicara dan menyakiti perasaan seseorang.

Aku terluka…

Tidak berdarah memang, namun perihnya hati ini terasa menyakitkan..
Kamu selalu bisa membuat pipi ini setengah mengering karna air mata.
Membuat yang lemah menjadi sok tegar.

Aku terluka…

Karna terlalu tinggi menaruh harap pada angan,
hingga saat angin datang..  Dia meniupnya terlalu jauh ...
Membuatku berlari mengejarnya dan menangis teredu-sedu..

Apa kamu tau? Rasanya menahan air mata yang ingin keluar?
Seakan matamu terbakar karna menahan air yang bercampur dengan luapan emosi,
bahkan saat suara tangismu disertai dengan teriakan, kamu harus mulai meredamnya dengan sesuatu seperti bantal.
Agar suaranya tidak mengganggu dan tentunya agar dia sendiri tidak mendengar isak tangismu..

Aku bodoh..

Karna berpikir ini semua hanya butuh waktu,
namun sepertinya waktu tak mau berbagi denganku.. Dan membiarkannya menghabisi sisa waktu yang ada.

Aku Terluka…

Saat harus berpura-pura baik-baik saja dihadapanmu lalu menangis sejadi-jadinya saat jauh darimu..

Sangat bodoh memang...

Kupertahankan yang memang seharusnya sedari dulu dilepas..
Kupaksakan hati yang memang seharusnya dibiarkan bebas..
Kubiarkan kenangan ini menari-nari diotakku, dan berpikir bahwa kenangan ini sangatlah manis.. Tanpa sadar bahwa ini luka..

Kubiarkan sebuah cerita yang bahkan sudah kuketahui endingnya..

Tidak ada akhir yang bahagia..
yang terasa hanya perih, terluka dan airmata…

0 komentar:

Posting Komentar