Aku menangis lagi, dibawah sinar rembulan menatap jutaan bintang yang berkilau, dibawah gemerlap lampu jalan yang disambut dengan hembusan angin yang membuat wewangian debu dan aspal yang tercampur selepas hujan.
Kamu menatapku penuh rasa heran ekspresi wajahmu sudah membentuk ekspresi masam.
"Kau tau? Dunia ini tidak sepenuhnya milikmu jadi berhentilah bersikap bodoh."
Aku hanya bisa menatapnya dengan mulut terbuka, kamu tidak seperti yang aku dan kalian pikirkan, memang terlihat seperti itu namun jika kalian menjalaninya lebih jauh, akulah orang pertama yang mengetahuinya.
Selepas dari perasaan yang membuatmu berdebar begitu kencang saat berpapasan denganku, atau rindumu yang selalu bisa membuat janji yang menjelma menjadi kenangan yang selalu ku rindukan.
Mungkin hayalanku yang membuatnya menjadi terlalu indah, atau perasaanku yang terlalu mengharapkan kenyataan yang membahagiakan.
Harusnya ku bentengi hati ini sebelum kamu mendekatinya, harusnya tak kubiarkan kamu membawanya berlari dari tempat asalnya.
Kubiarkan memory kenangan diotak ini memutar, memikirkanmu bersama dengan hal-hal indah yang selalu bisa membuatku terjebak.
Sesak rasanya, kau tau kenangan itu seperti melekat dengan oksigen yang kuhirup, sekali saja aku menghirup sambil menikmati kenangan yang lalu dada ini seperti merasakan perasaan amat perih.
Terdengar sebuah lagu diplaylist musikku, aku menatap layar handphone mendengarkannya sejenak sambil memahami lirik yang meng-ilhami.
Tersenyum kecil sambil memahami pesan lagu itu, mengingatkanku padamu beserta kenangan indah itu. Pikiranku melayang memikirkan kejadian lalu yang membuatku sesekali geram mengingatnya, harusnya tidak seperti ini harusnya seperti itu, coba saja dulu kita seperti itu pasti sekarang tidak akan seperti ini. Begitu terus aku menyesali masa lalu itu.
Harusnya ku beranikan diri untuk menatapmu dan berkata bahwa aku mencintaimu beserta hal-hal sederhana yang membuatnya terlalu istimewa untuk dilupakan, tidakkah kamu merindukan masa-masa indah yang terlalu sulit untuk dilupakan itu.
Merasa biasa saja dengan hal-hal kecil yang dulu sering kita kerjakan? Menganggapnya terlalu biasa hingga terlalu mudah melupakannya? Tidakkah kamu merasakan getaran yang sama seperti dulu?
Karna aku merindukan semua hal tentangmu yang semenyenangkan dulu.

0 komentar:
Posting Komentar