Kenangan di ujung jalan.

Setiap langkah yang kita lalui menyusuri jalan meski dengan setapak kaki.

Kemana pun kaki ini melangkah kamu tetap sebuah jalan,
Sejauh apa pun kaki ini berlari kamu tetap sebuah jalan,
Dimana pun kaki ini berpijak kamu tetap hanya sebuah jalan.

Cinta pernah memihak pada kenyataan, bahwa kamu adalah jalan kembali menuju rumah.
Sayang pernah berharap, bahwa kamu adalah jembatan. Tempatku melewati aliran sungai yang menakutkan.
Namun kamu hanyalah sebuah gang berlabirin yang sempit, yang membuat cinta sulit menemukan ujung jalan. Kamu hanyalah gemerlap lampu malam yang hanya menyinari tanpa menerangi.

Kenangan di ujung jalan.
Begitu aku menyebutnya.
Membuatku sulit menemukan ujung jalan yang selalu mereka bicarakan.
Seperti sebuah labirin yang berkelok dan membingungkan. Kupikir jalan menuju hatimu hanya terpampang lurus tapi jika diteliti banyak sekali belokan kanan dan kiri yang langsung keluar dari hatimu.

Awalnya kupikir kamu adalah jalan bebas hambatan namun kenyataannya berbagai macam masalah ku lalui. 

Lalu aku berpikir, kamu hanyalah jalan perkotaan yang ramai di lalu lalang oleh semua orang. 

Namun kamu begitu spesial.

Seperti jalan yang mendaki puncak gunung, terlihat cukup mudah namun kenyataannya menantang.

Terlihat biasa saja namun kenyataannya butuh perjuangan. Setimpal dengan keindahan yang disugukan di puncak sana.

Namun kamu tau setiap jalan tidak sepadan dengan kenyataan, kamu hanya sebuah gang di dalam kenangan di ujung jalan.





Kusebut itu kenangan.
Hanya melewati tanpa menetap, seperti jalan yang jarang kau lalui.
Ku sebut jalan itu dengan sebutan rindu, seperti lubang yang menemani jalan.
Dia tau caranya kembali meski beberapa kali diperbaiki.

Penjual kenangan

Tak kan pernah tau arti sebuah jawaban jika setiap pertanyaan selalu terjawab dengan senyuman.
Bisakah membedakan senyuman kebahagian, kesedihan ataupun penyesalan.

Tidak semua kata maaf mengobati luka, begitu halnya seperti menggali lubang lalu kau menaruh sesuatu didalamnya lalu menguburnya tanpa memberi tanda.
Saat ingin menggalinya kembali dia telah hilang terpendam didasar penuh kegelapan.

Memaafkan tidak seperti rembulan, yang kembali hadir setiap malam walau tau sudah ada bintang yang menyinari.
Dan kau tidak seperti cahaya, yang aku butuhkan saat tau kegelapan menyelimuti.
Kau bukan kepingan puzzle yang ada untuk melengkapi, kau layaknya kilatan cahaya petir yang datang lalu pergi.
Kuharap kau seperti pelangi yang selalu hadir setelah turun hujan.
Tak perlu terlalu jelas asalkan pancaran warnamu terlihat meski memudar.
Kuharap kau seperti bau selepas hujan, selalu sama. Tercampur dengan debu dan bau tanah yang menyatu.

Kau bukanlah gadis penjual korek api, yang datang menjajakan kehangatan. Tapi kau seperti korek yang tau rasanya menjadi sumber kehangatan walau menghabiskan sisa hidupmu untuk kehangatan itu.
Tapi kenyataannya kau bukanlah korek api seperti yang dijual gadis itu, kau seperti korek gas yang bisa di isi ulang saat habis lalu menghilang seperti dicuri.
Dan kuharap kau tidak seperti seorang penjual kenangan.