Setiap langkah yang kita lalui menyusuri jalan meski dengan setapak kaki.
Kemana pun kaki ini melangkah kamu tetap sebuah jalan,
Sejauh apa pun kaki ini berlari kamu tetap sebuah jalan,
Dimana pun kaki ini berpijak kamu tetap hanya sebuah jalan.
Cinta pernah memihak pada kenyataan, bahwa kamu adalah jalan kembali menuju rumah.
Sayang pernah berharap, bahwa kamu adalah jembatan. Tempatku melewati aliran sungai yang menakutkan.
Namun kamu hanyalah sebuah gang berlabirin yang sempit, yang membuat cinta sulit menemukan ujung jalan. Kamu hanyalah gemerlap lampu malam yang hanya menyinari tanpa menerangi.
Kenangan di ujung jalan.
Begitu aku menyebutnya.
Membuatku sulit menemukan ujung jalan yang selalu mereka bicarakan.
Seperti sebuah labirin yang berkelok dan membingungkan. Kupikir jalan menuju hatimu hanya terpampang lurus tapi jika diteliti banyak sekali belokan kanan dan kiri yang langsung keluar dari hatimu.
Awalnya kupikir kamu adalah jalan bebas hambatan namun kenyataannya berbagai macam masalah ku lalui.
Lalu aku berpikir, kamu hanyalah jalan perkotaan yang ramai di lalu lalang oleh semua orang.
Namun kamu begitu spesial.
Seperti jalan yang mendaki puncak gunung, terlihat cukup mudah namun kenyataannya menantang.
Terlihat biasa saja namun kenyataannya butuh perjuangan. Setimpal dengan keindahan yang disugukan di puncak sana.
Namun kamu tau setiap jalan tidak sepadan dengan kenyataan, kamu hanya sebuah gang di dalam kenangan di ujung jalan.
