Kamu pria yang memiliki mata nan indah, seakan masuk ke dalam duniamu yang membingungkan itu namun aku terhanyut seakan tahu kemana arah tujuan ini hingga tahu kapan harus berhenti.
Senyummu bagai salju di musim semi terlihat dingin namun sebenarnya menghangatkan,
Tanganmu bagai embun di sore hari terlihat dingin namun terasa hangat,
Cara berjalanmu yang tegak itu bagai seorang ksatria gagah yang akan berperang,
Tatapanmu bagai singa yang seolah-olah ingin menerkam terlihat mematikan namun memperhatikan.
Namun tak perduli dengan tatapanmu yang membunuh itu, yang ku perdulikan hanya senyum manis itu. Senyum yang seakan memintaku untuk tetap menatapmu lebih dalam, senyum yang membuatku jauh lebih mencintaimu dari sebelumnya, senyum yang mampu mematahkan perkataan buruk mereka terhadapmu.
Aku mencintaimu satu hal yang seharusnya tak ku lakukan sejak dulu, dan aku terlalu menaruh harap yang berlebih hingga terus mengusik kehidupanmu dan ikut dalam perjalanan mimpi ini.
Terlalu antusias hingga tidak tahu kapan harus berhenti, terlalu berharap hingga akhirnya merasa putus asa, terlalu menikmati perjalanan mimpi ini hingga tak sadar bahwa semua tlah usai.
Kamu bukan lagi pria yang datang malam hari hanya karna memberikanku sebuah ice cream, kamu bukan lagi pria yang membangunkanku saat malam hari karna aku tak ingin melewatkan sebuah pertandingan, kamu bukanlah pria yang dulu melakukan olahraga mingguan kita, kamu bukanlah pria yang menonton film sambil memakan spagethi dan puding buatanku, kamu bukanlah pria yang akan hadir saat ku minta untuk di temani saat makan malam.
Namun pria ini masih tetap seperti saat aku membutuhkannya saat bercerita, pria yang masih mengabulkan permintaan anehku namun untuk saat ini sepertinya kamu mulai menjauh entahlah mungkin memang cara seperti ini tidak menyenangkanmu yang selalu bersikap tenang.
Ketahuilah aku tetap memandangmu saat kamu sedang berjalan menuju kantin dan musholah, tetap memperhatikan saat kamu merasa tidak senang dengan keramaian, tetap akan menjahilimu dengan mengikutimu, tetap akan menyetuh tanganmu dengan alasan bodohku, dan tetap selalu hadir saat kamu membutuhkan seseorang untuk berbagi cerita.
Satu hal yang kadang membuatku merasa jijik dengan hal bodoh ini namun entahlah perasaan ini selalu mematahkan segala pikiran bodoh itu.
Ternyata pemikiran logika bisa dipatahkan perasaan, tak apa tertawalah jika itu terkesan lucu tapi saat kamu merasakan hal yang sama ini, akan ku pastikan kamu berpikir 2 kali saat menertawakannya.
Ku beritahu tentang perjalanan mimpi yang dulu pernah kita jalani, terkadang aku merasa apa benar itu semua pernah terjadi melihatmu tertawa dengan senyum yang lepas, melihatmu memainkan lagu dengan sebuah gitar, melihatmu makan dengan lahapnya, menatapmu saat tertidur pulas.
Perjalanan mimpi ini bagai cerita di sebuah novel yang pernah aku baca namun kini selalu tak pernah bisa tertebak di akhir cerita, karna kita masih punya perjalanan mimpi yang masih panjang.
