Masa yang kini telah habis tercipta, ter-untuk senyum yang menghiasi luka.

Aku tersenyum seperti orang yang tidak menyimpan luka, padahal kau tau hatiku sungguh terluka.
Aku tau, aku tidak tampak seperti orang yang sangat tegar. Tapi aku mencintaimu.
Alunan melodi yang selalu di elu-elukan.
Penutur kata indah yang di dambakan.

Aku pernah mencintaimu, dan aku sudah melakukan yang terbaik.
Kita pernah menciptakan bahagia, kusebut..
Kenangan kecil bernama senyuman, betapa manisnya saat mengingatnya.

Kita pernah berlari melawan angin,
Tertawa sampai menangis,
Terjatuh hingga terluka,
Tapi kini yang kurasa hanyalah kehancuran karna perpisahan.

Kita tak perlu larut dalam kenangan, walau ku tau hanya aku yang terlalu mengenangnya.
Waktu takkan pernah terulang, meski menunggu seribu tahun lamanya.


Kenangan itu sudah selesai.
Masa yang kini telah habis tercipta, ter untuk senyum yang menghiasi luka.

Kepada hati yang dulu pernah berharap, ku ciptakan luka untukku sendiri.
Untuk luka yang kini tergores kuharap ini cepat kering, agar aku tak perlu khawatir jika dia kembali menambahkan luka yang lebih dalam.

Terlukis bunga untuk penawar rindu, tercipta air mata dari sang perindu.
Kau ciptakan kenangan menyenangkan,
Setiap sudut kota ini menyimpan kenangan manis tentang senyummu, kenangan yang takkan lagi pernah terjadi.

Kau tau apa yang ku suka dari musim semi? Dia selalu kembali hadir dari musim gugur.

Mereka pasti tau apa yang ku maksudkan dari musim semi, 
Mereka akan mengerti betapa sakitnya menyaksikan dedaunan kering yang dulu menggantung dipohon cemara, kini daun-daun itu gugur pada masa nya yang telah tiba.
Tapi tetap kembali saat musim semi kembali hadir.

Aku mengerti jika cemara selalu membutuhkan suasana baru pada musimnya, namun ketahuilah bahwa takdir tuhan yang menciptakan daun-daun itu tumbuh menemani cemara.

Untuk senyum yang kini meninggalkan luka, kuharap dia ingin kembali hadir untuk di temani.


Penjual Kenangan (2)

Malam ini aku mengingatmu sebagai Penjual Kenangan yang meninggalkan luka. 

Menatap dari kesalahan yang lalu tidak membuatku belajar.
Kita memang tidak selalu bisa memahami perasaan seseorang, setidaknya sebelum kita mencoba.
Aku bisa berusaha mati-mati an sementara tidak menyadari usahaku yang sia-sia itu hanya memperburuk keadaan.

Dan kamu hanya terbungkam, tidak sepatah kata terucap, terus menerus seperti itu.
Membuatku menyadari bahwa semua hal yang ku perjuangkan tak berguna lagi.
Semakin kamu bungkam, semakin aku menyadari bahwa apa yang ku perjuangkan sekarang hanyalah batasan angan yang terlampau jauh.
Satu kata maaf.

Akan ada setitik cahaya jika kamu masih menginginkan gelap.
Namun saat cahaya itu berhenti menuntunmu keluar dari kegelapan. Percayalah, kamu hanya akan menyesalinya.

Aku terus berpikir tentang apa yang harus ku lakukan sekarang, tanpa berpikir apa yang telah ku lakukan kemarin.

Menatapmu kini tak lagi jadi kebiasaan,
Paras indah dengan senyum simpul yang membuatnya menjadi kombinasi sempurna kini telah hilang.
Hanya rasa takut, bahkan saat melirik matamu sekejap.
Hujan sepertinya tau kapan saat pipi ini harus tersamarkan.
Raungan petir seakan mengerti bahwa suara tangis ini harus teredam.

Kamu tau, apa yang ku takuti sejak dulu?
Perubahan dan Perpisahan
Mereka memang tidak sama, namun satu paket menuju kesakitan.

Kamu merasakan apa yang diperjuangkan untuk melawan perubahan, namun takdir tuhan berkata lain.
Perpisahan yang menyakitkan itu berujung.




Salam perpisahan itu memang menyedihkan dimasa kita selesai berusaha dan berjuang demi suatu hal.