Malam ini aku mengingatmu sebagai Penjual Kenangan yang meninggalkan luka.
Menatap dari kesalahan yang lalu tidak membuatku belajar.
Kita memang tidak selalu bisa memahami perasaan seseorang, setidaknya sebelum kita mencoba.
Aku bisa berusaha mati-mati an sementara tidak menyadari usahaku yang sia-sia itu hanya memperburuk keadaan.
Dan kamu hanya terbungkam, tidak sepatah kata terucap, terus menerus seperti itu.
Membuatku menyadari bahwa semua hal yang ku perjuangkan tak berguna lagi.
Semakin kamu bungkam, semakin aku menyadari bahwa apa yang ku perjuangkan sekarang hanyalah batasan angan yang terlampau jauh.
Satu kata maaf.
Akan ada setitik cahaya jika kamu masih menginginkan gelap.
Namun saat cahaya itu berhenti menuntunmu keluar dari kegelapan. Percayalah, kamu hanya akan menyesalinya.
Aku terus berpikir tentang apa yang harus ku lakukan sekarang, tanpa berpikir apa yang telah ku lakukan kemarin.
Menatapmu kini tak lagi jadi kebiasaan,
Paras indah dengan senyum simpul yang membuatnya menjadi kombinasi sempurna kini telah hilang.
Hanya rasa takut, bahkan saat melirik matamu sekejap.
Hujan sepertinya tau kapan saat pipi ini harus tersamarkan.
Raungan petir seakan mengerti bahwa suara tangis ini harus teredam.
Kamu tau, apa yang ku takuti sejak dulu?
Perubahan dan Perpisahan
Mereka memang tidak sama, namun satu paket menuju kesakitan.
Kamu merasakan apa yang diperjuangkan untuk melawan perubahan, namun takdir tuhan berkata lain.
Perpisahan yang menyakitkan itu berujung.

0 komentar:
Posting Komentar