All of you

Tidak semua mata bisa melihat hati, namun hati ini...
Semakin menatap matamu.. Perasaan ini bergetar hebat, saat sepasang mata ini bertatapan.. Sesekali mata ini memandang bibir indahmu..
Merah...
Seperti segumpal darah...

Senyummu seperti madu, indah saat dilihat dan manis saat dirasakan.
Sepertinya yang kita lakukan kemarin seperti sebuah kaset, selalu berputar mengulang kembali hal-hal manis yang kita lakukan kemarin.
Saat tangan ini tak sengaja saling bersentuhan atau saat tangan ini memang sengaja kita pertemukan. Kurindukan hal-hal konyol yang kamu lakukan saat bersamaku.
Aku ingat saat tanganmu sengaja menyentuh lembut kepala ini atau saat kakimu sengaja menyelengkat kakiku hanya karna ingin membuatku meneriaki namamu..
Beberapa rasa rindu ini membludak saat terlintas kejadian kemarin..
Saat kamu sengaja membawa motor dalam keadaan kencang hanya karna ingin membuatku takut atau saat kamu memainkan sebuah lagu dengan gitarmu.
Aku bahkan masih mengingat saat kamu meninggalkanku saat kita lakukan olahraga mingguan kita, kamu meninggalkanku dan tertawa terbahak-bahak sementara aku hanya mencubiti badanmu.
Indah sekali ahahaha.. Kubuat dirimu tertawa terbahak-bahak, bahkan tawa yang kau tunjukan itu hanya untukku dan tak pernah kau perlihatkan pada wanita lain.
Aku ingat sekali hari itu.
Hari yang sangat menyenangkan itu, kita tertawakan hal yang sama lalu fokus dalam hal yang sama pula.

Belakang kini aku merasa kita jauh, banyak sekali perubahan yang membuatku berfikir bahwa kamu memang berubah, hal yang biasa kita lakukan perlahan kini tak pernah kita lakukan. Tidak lagi marah saat aku memanggil namamu dengan aneh, kurasa kamu mulai terbiasa dengan panggilan aneh dariku, namun belakang kini ada satu hal yang selalu kutakutkan.
Seseorang menyukaimu, dia bahkan tau kegiatan yang dulu biasa kita kerjakan.
Aku hanya takut kamu tahu bahwa dia menyukaimu, lalu kamu hentikan kegiatan yang biasa kita kerjakan.
Karna banyak perbedaan yang menjauhkanmu dariku.
Namun jarak itu bukannya menjauhkanmu dariku tapi malah membuatku semakin mendekatimu..
Apa salah kita pertahankan kebahagian yang memang pada awalnya untuk kita.

Karena sepenuh diriku mencintai sepenuh dirimu

Kucintai setiap lengkungan dalam hidupku kesempurnaan dan tidak kesempurnaan hidupmu.

Kucintaimu sepenuh diriku bahkan jarak yang kau ciptakan tak akan mempan untukku.

Aku hanya takut kita terpisah oleh jarak yang kamu buat

Jika cinta memang harus terhalang oleh jarak mungkin memang ada dua kemungkinan untuk dipikirkan.
Jarak yang mungkin hanya terhalang oleh jalan, mungkin suatu saat akan bertemu. Tepat dipersimpangan jalan kita masih bisa saling menunggu sebuah pertemuan yang singkat namun melegakan ribuan rindu yang terpendam.
Namun bagaimana dengan aku? Rinduku tak terhalang oleh ribuan kilometer jarak, kita bahkan sangat dekat bahkan sesekali kita melangkah bersamaan, namun hatimu melampau jauh dari jarak hatiku.
Aku tidak pernah menciptakan jarak disisimu, bahkan ingin sekali kukejar kamu lalu kita perbaiki jarak ini.
Kita pernah sedekat bulan dan bintang tapi kini kita terjauhkan oleh jarak, tidak perduli seberapa sering aku menghampirimu sesering mungkin kukatakan "Aku Rindu Kamu" namun ribuan kata itu selalu kamu tepis dengan jarak yang kamu buat.

Pada siapa perasaan ini berjalan melawan jarak kalau kamu saja sudah membentang jarak yang sangat jauh. Aku tidak perduli berapa ribu kilometer jalan untuk menghampirimu karna pada akhirnya jika aku tidak menyerah aku akan bertemu denganmu, diujung jalan itu kamu menungguku dengan senyuman manis yang biasa kamu ciptakan saat hanya bersamaku.
Selalu rindu dengan kebiasaan yang kita kerjakan dulu, bahkan kita kerjakan dengan mudah saat bersama. Entah itu olahraga yang biasa kita lakukan tiap minggu atau permainan yang biasa kita mainkan saat bersama atau bahkan makanan yang biasa kita makan saat pergi bersama.

Aku rindu.

Aku tidak berbicara dengan kemunafikan, aku memang merindukanmu bahkan aku berani mengungkapkannya dihadapanmu tapi tentang jarak yang kamu ciptakan kini.
Hanya membuatku makin teriris dengan perasaan ini. Seperti perang didalam hati ini, mencoba mempertahankan jarak yang kamu buat atau pergi meninggalkan jarak yang bahkan aku saja tidak bisa lagi mengikutinya.
Jika tuhan senang menciptakan kebersamaan kita kenapa sekarang dia jauhkan kita dengan jarak yang menyakitkan ini.
Tak apa jika yang kurasa adalah rindu dengan jarak tempuh yang jauh karna suatu saat pasti akan bertemu, tapi bagaimana dengan rindu yang jaraknya sudah tidak bisa untuk ditemui.

Tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Bagaimana memecahkan masalah ini, pada siapa aku mengadu tentang rindu.

Hanya aku yang kamu anggap sebagai angin...

Kamu tidak akan perduli rasanya tidak dihiraukan, beranggapan bahwa kamu hanyalah angin yang bahkan hanya sekedar lewat saja.
Tidak perlu untuk apa angin itu mengampirimu, setidaknya beberapa kali datang menghampiri dengan memberi kesejukan, lalu kamu pergi meninggalkannya.
Setidaknya ucapan terima kasih saja sudah menyenangkan angin ini, "Terima kasih telah hadir dan menyejukannku walau hanya beberapa saat" namun kenyataannya kamu hanya diam dan berpaling.
Seperti tidak punya kenangan denganku, mungkin hanya aku yang masih mengutak-atik dan  memikirkan kenangan beberapa waktu lalu...

Berdebat dengan perasaan dan otak itu tidaklah baik, perasaan ini selalu meminta untuk menjauhimu namun otak ini selalu bercengkraman dengan kenangan yang lalu.
Sesering mungkin perasaan ini tak pernah diacuhkan maka semakin sering hati ini meronta, meminta belas kasih untuk dihiraukan.
Tidak hanya sekali dua kali mata ini menahan air yang akan membasahi pipi ini, tidak pernah mengenal waktu dan sesuka hati air ini mengalir.
Aku tidak pernah meminta belas kasih darimu juga tidak ingin air mata ini jatuh didepanmu, namun tidak bisa kutahan lagi sepertinya ini akan meledakan isi mataku..

Seperti hujan yang beradu dengan badai angin, tentu perasaan ini berkecambung seperti itu, tidak perduli pada siapa aku menangisinya, menahan rindu yang selalu bergetar hebat, juga tidak perduli amarah yang selalu terpendam dimanapun dan kapanpun.
Tidak pernah nalar ini berbicara tentang kebohongan, yang terus dipikirkan hanya kebenaran, kebenaran bahwa kamu memang seperti yang aku lihat.
Tidak perduli orang lain berbicara buruk tentangmu juga mata ini beberapa kali buta oleh kelakuanmu.
Yang kutahu hanya aku menyayangimu seperti lebah yang selalu menghisap sari bunga tanpa harus melukainya, seperti duri pada bunga mawar yang selalu menjaganya agar tetap aman dari tangan-tangan jahat tanpa melukai bunga mawar itu.
Tidak perduli seberapa buruk aku terlihat murahan dihadapanmu, yang kutahu hanya cara untuk membahagiakanmu.
Tidak ada yang perlu disalahkan, dengan siapa hati ini terluka tergores dan terluka lagi hingga akhirnya membusuk seperti ini.
Bukan kamu yang harus saya salahkan, namun diri ini melakukan hal yang benar.
Tidak bisa kusalahkan dirimu dengan kelakuanmu namun diri ini juga terlihat bodoh jika disalahkan, tebak siapa yang harus ku salahkan? kita tak pernah mau menjadi tersangka tanpa berpikir betapa sakitnya perasaan yang dihadapi sang korban.

Aku hanya beberapa kali melihat fotomu, tidak bisa kusalahkan orang yang mengambil banyak kenangan kita. Karena memang aku yang mengabadikan setiap kenangan yang kita lalui kemarin.

Tak bisa kusalahkan lagi, dengan siapa hati ini mencinta dan terluka.
Bahkan kamu saja sudah tidak perduli dengan luka yang kamu buat sendiri, aku tidak pernah menyalahkanmu atas luka yang kamu buat, setidaknya obati luka ini walau hanya setengah kering agar saat kamu pergi meninggalkanku luka ini tidak terlalu basah.

Kini yang selalu ingin ku katakan hanya, "Aku merindukanmu"

Terkadang orang lain hanya melihat hasil tanpa memandang proses..


Tidak ada yang pernah tahu apakah seseorang dihatimu telah berganti dengan yang lain atau masih tetap menantinya dengan setia.
Tidak ada yang mengerti tentang perasaan yang masih tetap setia menantinya, dengan tenang diri ini terlihat namun jika kamu melihatnya dari dalam, tentang hati ini perasaan yang amat sangat setia menanti dengan harapan yang bahkan belum tentu terwujud.
Tentang perasaan ini, tak pernah ada yang mengerti jika kamu tidak memahaminya, berbicara tentang penantian mungkin tidaklah rumit untuk diucap, namun jika melakukan hal itu kamu akan tau betapa beratnya memegang teguh sebuah komitmen untuk tetap menantimu.
Aku tidak pernah memintamu untuk memaksakan hatimu terbuka karenaku, tidak mungkin hari ini kamu mencintaiku, namun esok akan hadir hari baru yang senantiasa menyambut kehidupan yang lebih dari kemarin.

Seperti kertas yang terlihat putih namun sesekali akan kotor tanpa sebuah pena yang tertulis didalamnya.
Kuharap cinta yang tumbuh dihatimu seperti debu yang selalu menempel dan susah untuk dihilangkan, tidak seperti tinta sebuah pena yang akan terhapuskan dengan tipe-ex.
Mungkin cinta memang tentang penantian namun sebuah harapan akan selalu tumbuh bersama penantian.
Cinta memang tidak selalu dengan harapan namun kukira akan hadir dengan sendirinya, perasaan luluh tentang penantian itu.

Dan hari ini aku tak pernah tau siapa seseorang yang memenuhi hatimu, selalu menebak sebuah jawaban yang bahkan pertanyaannya terlalu takut untuk dibicarakan.
Aku takut untuk berjanji dengan tuhan, tentang janji penantian untukmu.

Aku bukannya tidak ingin menantimu, hanya saja berjanji menanti seseorang apalagi berjanji dengan tuhan.
Aku takut tidak bisa memenuhi janjiku.

Maaf.

Sudah kulakukan sejak waktu yang lalu menantimu dengan cemas tentang perasaan yang selalu kamu jaga hanya untuk satu orang.

Aku tidak pernah ingin tahu siapa orang itu namun juga tidak ingin hati ini hancur terluka karenamu.
Kamu tahu rasanya ditinggalkan dengan harapan yang selalu kamu gantungkan dengan tinggi?
Saat harapan yang selalu kamu gantungan ditempat tertinggi itu harus hancur dengan badai angin yang sudah kamu siapkan sebelumnya.

Sakit sekali..
Terjatuh karena terlalu berharap akan penantian yang tidak pernah tahu akan pasti ataupun tidak.
Mungkin bukan salahmu.
Tentang penantian ini, kamu bahkan tidak pernah memintaku untuk menantimu.
Hanya saja perasaan ini selalu meminta untuk diperjuangkan.

Maaf.
Aku bukan wanita yang hanya duduk diam dalam memperjuangkan sesuatu, apalagi tentang cinta.
Kamu pikir aku agresif? Mungkin kamu benar.
Memang seperti inilah aku.

Seseorang pernah berkata padaku "Terkadang orang cuma melihat hasil tanpa memandang proses" dan itu memang benar.
Coba kamu lihat cinta yang terjalin begitu lamanya, namun orang lain tak pernah memandang apa yang dia perjuangkan dulu entah itu tentang cinta beda agama, cinta beda usia atau bahkan tentang cinta yang hanya diri sendiri yang hanya mengetahuinya.
Tapi ini cinta yang memang harus diperjuangkan, tentang perasaan yang hanya diketahui oleh dirinya dan tuhan.

Seorang wanita yang berjuang dalam penantian yang bahkan tidak pasti, namun hati wanita ini selalu tulus dalam menantimu.


Satu hal yang selalu kurindukan saat bersamamu..

Saat perasaan ini mengalir menuju muara cinta, kupikir tak ada yang bisa mengelak, sesering mungkin menyembunyikan beberapa kali merasa tidak perduli.
Namun tentang kamu, tidak bisa ku perlakukan kamu begitu cueknya beberapa kali mencoba malah rasa sesak yang menghampiri.
Beberapa kali tawamu tercipta karnaku entah dari caraku memanggilmu dengan lirih atau dari kejadian yang kita alami kemarin.

Aku suka caramu memandang mataku sepertinya aku merasa aman disisimu walaupun beberapa kali kamu menggodaku dengan hal konyolmu itu.
Aku senang dengan caramu berjalan bersamaku sepertinya kamu tahu kapan harus berjalan disampingku didepanku atau bahkan dibelakangku sepertinya itu membuatku nyaman.
Aku rindu caramu tertawa dan tersenyum sepertinya memang hanya aku yang kamu tunjukan tentang senyum manis itu serta suara renyah tawamu itu seperti kaset yang selalu berputar dikepalaku.
Senang sekali mendengarmu membicarakan sesuatu, selalu ingin kudengar suara beratmu, kamu tahu waktu berbicara saat sedang bercanda gurau atau pertanyaan serius yang berujung dengan amarah yang singkat.

Namun beberapa kali terluka oleh ucapanmu tetap saja hati ini merasa tidak apa-apa, tapi sewaktu-waktu perasaan ini tidak selamanya menerima ucapan yang buruk darimu akan ada waktu dimana aku tak bisa menerima perkataan yang mungkin menurutmu memang harus seperti ini.
Satu hal yang selalu kurindukan saat bersamamu, kamu tak perlu menjadi orang lain dihadapanku hanya dirimu yang kamu tunjukan bukan orang yang berbeda saat kamu tunjukan pada mereka

Dunia ini mungkin berubah, namun perasaan ini..

Kita tak bisa seperti ini, berusaha untuk tetap menutupi namun kenyataannya memang benar adanya.
Dunia tak pernah tidak berubah, setiap detiknya mungkin seluruh dunia ini berubah, entah itu tentang alam atau perasaan seseorang.
Tidak pernah ada yang tau cinta datang seperti apa bagaimana dan kapan.
Apakah dia mengetuk hatimu lalu bicara "Hai apa aku boleh mencintainya atau sekedar membencinya" tentu tidak.

Kita tak pernah tau perasaan itu akan hadir atau harus terluka sedemikian perihnya.
Aku tau mungkin rasa ini terlalu sakit karna kehilangannya, namun tuhan tak pernah tidur, dia memberikan kamu untuk menemaniku agar aku tidak terlalu sakit karna kehilangannya.
Mungkin sesekali perasaan itu hadir namun entah kenapa kita selalu mengelak beranggapan bahwa itu sekedar perasaan tak ada artinya jika diteruskan, namun belakangan kini yang kurasa berbeda.

Sesering mungkin berfikir tentang apa yang kita lakukan bersama atau hanya sekedar kebetulan semata, yang kita lakukan bahkan jauh dari kata cinta.
Tentang perasaan ini, kuharap dia tak perlu kehilangan lagi.
Agar aku tidak repot saat melepaskan, kamu tau rasanya merelakan yang tak pernah ingin kamu lepaskan?
Berat sekali hati ini menerima kenyataan bahwa memang sudah jalannya seperti ini.

Let it go

Tak bisa lagi mencegahmu..
Tak bisa lagi kupertahankan ini..
Tak bisa lagi kuselamatkan..

Jangan biarkan dia melihat, jangan biarkan diriku menyentuhnya lagi.
Kita bisa membohongi semua orang, namun tentang kejujuran dalam hati ini tidak ada yang tau selain tuhan dan tentunya diri kita sendiri.
Tidak ada yang tau apa yang kita inginkan tanpa mau berbicara kepada yang lain.
Tidak ada yang bisa kita perbuat jika mlakukan sesuatu saja sudah tak ingin.
Tidak ada yang bisa dipertahanan, tuhan bilang tidak semua hal berdiri kokoh untuk selamanya akan ada waktu dimana yang kokoh menjadi rapuh dan yang rapuh menjadi kokoh.
Aku tak pernah bisa menebak, akan jadi yang apa aku ini.
Si kokoh yang akan rapuh atau sirapuh yang menjadi kokoh, untuk satu hal kita belajar menjadi sang kokoh tanpa  mau memperbaiki si rapuh.
Biarkan saja sang kokoh menjadi idola namun saat menjadi rapuh dia hanya menjadi yang terlupakan.

Sepertinya kita menjadi sang kokoh terlebih dahulu, untuk saat ini kuharap kita menjadi sang rapuh.
Agar kita tak perlu menjadi rapuh diwaktu yang akan datang, agar kita selalu menjadi sikokoh yang tetap berdiri dimasa yang lain.
Kuharap kita bisa saling menjaga namun kenyataannya kita melepas.
Tidak lagi memperdulikan janjiyang terucap, tidak lagi berfikir tentang apa yang kita inginkan dimasa yang akan datang.

Untuk kesekian kalinya aku memohon agar sikokoh tetap berdiri, yang terucap tetap dalam janjinya.
Namun kini sikokoh hanya menjadi si rapuh yang ditinggalkan, yang dulu sempat terucap dihadapan tuhan hanya menjadi omong kosong belaka.
Beberapa kali aku berbicara tentang kehilangan dan melepas, kamu bilang sebisa mungkin untuk tidak melakukannya tapi kenyataannya kini berbeda.
Aku yang tetap memperjuangkan malah harus kalah melawan kehilangan.

Orang lain bilang relakan saja, jika dia memang cinta pasti akan kembali.
Ingin sekali kusumpal mulut mereka yang mengatakan itu, dia hanya mengucap tidak menuggu harapan itu kembali.
Mereka hanya memberi saran bukan melakukannya, tapi untuk saat ini mengikuti kata hatipun belum bisa berdiri dengan kokoh.
Kamu hancurkan sisi yang kokoh ini, lalu kamu tinggalkan tanpa memikirkan janji yang membuat ini semua kokoh.

Mereka bilang tunggu hingga tuhan memberi jalan kembali.
Namun yang kurasa kini..

Tak bisa lagi..
Kurelakan dia pergi.
Tak bisa lagi kuperjuangkan yang dulu kita janjikan