Pertemuan pertama kita, sebelum kita membuat kenangan.

Bagaimana perasaan yang harusnya di ungkapkan ternyata malah harus di pendam, tentang cinta yang harusnya di biarkan terbuka harus tertutup oleh rasa malu. Cinta itu seperti bermain petak umpet, takut ketahuan dan akhirnya skakmat aku yang berjaga dan kamu pergi bersembunyi lalu menghilang dari kenyataan. Kenyataan bahwa kamu tidak menyukai ku. Berbicara tentang cinta, tak akan pernah habis di ungkapkan.

Ku harap kamu menjadi api agar selalu membara terbakar cinta yang aku punya, sementara aku menjadi air yang bersabar dan mendinginkanmu saat terbakar.
Ku harap kamu menjadi jarum dalam tumpukan jerami itu, agar seseorang yang menyukaimu tidak lagi terlalu mencuri informasi yang begitu dalam tentangmu, agar semua informasi tentangmu hanya aku saja yang mengetahuinya.

Aku ingat bagaimana otak ini menghafal sebuah nama, bahkan namamu kini menetap dihatiku, sebuah nama sederhana yang menggetarkan jiwa.

Indah sekali namamu, beberapa kali namamu terucap sesekali pipi ini merona dan detak jantung ini berdebar begitu kencang.

Aku ingat saat pertama kali mata ini saling bertemu, memang tidak ada senyuman yang menyenangkan mungkin karna kita belum saling mengenal.

Pertemuan pertama kita, sebelum kita membuat kenangan.

Pernah berfikir apa yang kita kerjakan kemarin bukan sekedar kegiatan biasa? Aku pikir itu kegiatan yang tulus.

Tentu bukan kegiatan yang di iringi dengan lagu-lagu karya tulus.
Namun, tulus yang ku maksud itu tentang kegiatan yang benar-benar kita kerjakan dengan perasaan senang dan tidak terpaksa.

Ingat selalu, perkenalan pertama kita memang tidak menyenangkan namun pertemuan yang membahagiakan itu memang benar adanya namun kini semua berubah menjadi sejarah.

Sebuah sejarah yang berlalu kemarin dan hanya menjadi kenangan sekarang.

Teman Hidup

Mungkin aku wanita yang terlalu percaya diri, selalu merasa bahwa kamu mencintaiku namun kenyataannya melihat saja sudah tak sudi, yang selalu aku pertanyakan tentang yang kemarin.

Apa benar itu kamu? Sangat berbeda dengan yang sekarang, bahkan untuk menatap saja sudah tak ingin. Apa aku mempermalukanmu? Karna terlalu sering berada didekatmu serta mengganggumu dengan hal-hal yang kamu benci. Apa aku harus menjauhimu? Kenapa setiap hal yang kita lakukan, setiap kegiatan yang menyangkut kita selalu manis untuk dikenang, aku tak pernah meminta untuk mengulang tapi tuhan kenapa hati ini terus meronta meminta belas kasih untuk terulang lagi.

Maaf terlalu berharap padamu, beberapa kali mencoba menjauh tapi beberapa kali pula kembali.

Aku mencintaimu itu yang terjadi, satu hal yang amat rumit dan tak berdaya saat menerimanya.

Apa dulu kamu menaruh harap padaku pula? Aku merasa dulu kita jauh lebih dekat dari sekarang, entah dari caramu menyapaku atau saat kita bermain bersama. Maaf jika aku mengecewakanmu dengan sikap yang seperti ini, aku hanya tidak ingin orang-orang tahu bahwa aku menaruh cinta padamu. Kenapa dulu begitu manis dalam menyapa? Dan sekarang terlalu menjaga diri?

Maaf teman, aku menjagamu terlalu lama hingga saatnya kini untuk membiarkanmu terlalu sakit dan tidak bisa menerima. Maaf menggenggammu terlalu erat hingga saatnya kini untuk dilepaskan terlalu rumit.

Jadilah selalu teman hidupku. Jika memang kita tak bisa bersama seperti sepasang kekasih namun biarkan selalu kita menjadi sepasang sepatu, agar aku tetap disisimu menjagamu dari semua hal yang menakutkan itu.

Teman biarkan aku mengganggumu selalu, agar kita tidak merasa kesepian. Ingatlah selalu teman, kamu selalu punya aku untuk kamu bagi dalam cerita suka maupun dukamu, mungkin kamu tidak pernah menganggapku dihadapan mereka namun ketahuilah aku selalu menganggapmu. Mereka bahkan tak pernah tahu apa yang kita kerjakan apa yang kita lakukan selama ini, dimulai dari lelucon hingga rahasia yang menyangkut kita.

Maaf sahabat, jadilah selalu teman hidupku seperti janji suatu malam yang kuminta itu.

Cintaku seperti surat tanpa nama..

Aku bukan tipe wanita yang terlalu to the point, bisa dibilang aku wanita yang pemalu.
Melihatmu cukup dari jarak jauh, memahamimu tidak perlu banyak tingkah, mencintaimu hanya perlu bungkam.

Cinta itu seperti bermain petak umpet, apa kamu ingin tahu kenapa?
Aku termasuk wanita yang ragu mengucap cinta dan bahkan terlalu malu untuk mengakui, bahwa memang benar aku mencintaimu.
Namun perasaan ini terlalu takut untuk dilepaskan, bibir ini masih ragu untuk mengucap, bahkan diri ini takut kehilangan sebelum dekat denganmu.

Cintaku seperti sebuah surat tanpa nama, malu rasanya mengungkapkan namun lama-kelamaan perasaan ini lirih minta dipertaruhkan.
Cintaku ini seperti surat tanpa nama, berkali-kali menulis kata cinta tentangmu namun diakhir kalimat tak pernah kucantumkan namaku.
Bagaimana rasanya mencinta namun bibirku hanya bungkam tanpa terucap kata cinta.Bagaimana memandangmu hanya dari bayangan saja?
Beberapa kali memandang wajah manismu beberapa kali pula tertangkap basah sedang memandangmu.

Malu rasanya...
Pipi ini hanya merah merona... setelah tahu bahwa kamu menatapku saat sedang memandangmu.

Tidak pernah bibir ini mengucap kata cinta denganmu, bahkan berjalan beriringan saja hati ini sudah bergetar hebat.
Bagaimana aku bisa berjalan bersamaan denganmu? Kalau aku saja masih takut untuk berjalan tepat dibelakangmu.
Bagaimana bibir ini masih kaku saat ingin mengucapkan "Hai/Halo" padamu? Kenapa bibir ini terasa amat berat untuk mengucapkan salam yang bahkan sangat mudah untuk diungkapkan anak kecil.

Karna cinta tak perlu sedekat yang mereka bayangkan, karna cinta tak selamanya terucap.

Aku menyukaimu, seperti kesunyian malam yang mampu menenangkan jiwa.
Aku mencintamu, seperti sibisu yang selalu mencoba untuk berbicara.

Lihat bukan?
Beberapa kali aku mencoba untuk terlihat olehmu, namun apa daya aku tak bisa.
Mencintaimu cukup dari jarak yang jauh.
Siapa bilang aku tidak bisa menjagamu? Kamu bahkan sesekali mencariku. Tidak terlihat memang, namun aku tahu kamu hanya malu mengucapkannya.
Sama sepertiku, mencoba beberapa kali agar terlihat olehmu namun beribu kali kamu mencoba alasan agar tidak melihatku namun pada akhirnya? Kamu menoleh kearah belakang kita saling menatap saat tidak ada orang yang melihat kita.
Kenapa perasaan ini terlalu canggung untuk ditunjukkan?
Apa salah aku mencoba mengungkapkan? Mungkin memang hanya aku yang mencintaimu dalam diam.

Namun ketahuilah cintaku bahkan lebih sempurna dari mereka yang terlalu sering mengucap cinta.
Karna cintaku seperti sebuah surat tanpa nama.

"Dan cinta tidak selamanya menyatukan dua hati"

Kamu memilih untuk bungkam dan pergi meninggalkan..

Selalu ku terima kekurangan dan kelebihanmu, mencoba untuk saling melengkapi namun kenyataannya kita memang tak bisa.
Ingin kubicara hasrat mengungkapkan masih pantaskah aku bersamamu?
Kita lalui cinta kasih yang membuat kita tegar, selalu mencoba tertawa dalam kesedihan dan bertahan dengan air mata.
Namun kamu memilih untuk bungkam.

Tak bisa kita pertahankan perasaan yang hanya menyakiti hati ini, masih mencintaimu namun cinta kita terhalang.
Tak tega bibir ini berbicara, mengucapkan kata perpisahan bahkan denganmu.

Maaf

Tak bisa air mata ini menangisimu, perasaan ini bagai perahu ditengah ombak besar.
Terguncang...
Itu yang kurasakan sekarang, tidak bisa hati ini hanya berdoa kalau berjuang saja tak ingin.
Sia-sia saja kita berjuang dengan perasaan yang bahkan setengah dari hati ini kelelahan menerima guncangan dari orangtuamu.
Aku tidak pernah menyalakan orangtuamu itu, tapi entah kenapa selalu aku yang salah dalam pandangannya.

Maaf

Bukannya aku tak ingin memperjuangkanmu namun orangtuamu lah yang menginginkan perpisahan ini, aku bahkan masih ingin mempertahankan kita tapi apa daya aku tak kuat menerima guncangan dari orangtuamu.
Beribu alasan sudah ku lontarkan demi mempertahankan kita, namun memang kehendak tuhan seperti ini.
Kita berpisah, perpisahan yang bahkan tak pernah aku bayangkan.
Perpisahan yang bahkan sangat mengenaskan.

Bagaimana tidak?
Perasaan ini kita yang rasakan getaran cinta ini kita yang menikmati namun kenapa perpisahan ini harus berakhir karna orangtuamu?
Kecewa sakit air mata semua menjadi satu karna mempertahankamu, maaf aku tak bisa menerima guncangan itu.
Sudah kulakukan kemarin, memperjuangkan hubungan kita bertahan dari guncangan ombak besar itu lagi, tapi aku tak bisa jika hanya aku yang bertahan.
Setidaknya aku ingin kamu juga bertahan melawan guncangan ombak besar itu.

Namun aku salah, memang keputusanku untuk berpisah denganmu namun kupikir jika cintamu tulus kamu akan mempertahankan yang dulu selalu kita jaga tapi kenyataannya kamu memilih bungkam dan menerima keputusan sepihak itu.
Kamu pergi dan tak pernah datang kembali, kamu bahkan sudah pergi dengan wanita yang bahkan masih belum aku mengerti.
Kenapa secepat itu kamu melupakan? Sia-sia hubungan yang berbulan-bulan kita jaga ini.
Aku tak pernah menyalahkanmu karna meninggalkan keputusan yang aku buat, tapi setidaknya jika kamu benar-benar tulus mencintaiku harusnya kamu tetap mempertahankan bukan hanya bungkam dan menerima keputusanku lalu pergi dengan kesibukan yang ada dan dunia baru yang lebih mengasikan saat masih bersamaku.

Jangan pernah berubah saat aku membutuhkanmu

Ku akui kamu sahabat terindah yang menghadirkan seribu pertanyaan dengan masing-masing jawabannya.
Namun kamu juga sahabat yang menghancurkanku, membuatku sedikit mempertanyakan persahabatan kita.
Mungkin aku memang bukan sahabat yang kamu inginkan namun aku menjadi sahabat yang kamu butuhkan, satu hal yang selalu aku inginkan
"Kamu ada saat aku membutuhkanmu".

Kusuka semua hal tentangmu, caramu berbicara, caramu menatap, caramu memperhatikan, caramu tersenyum, kusuka semua tentangmu namun yang kutakutkan dari perasaan suka ini menjadi sulit untuk dikendalikan.

Aku mencintaimu.
Menjadi momok menakutkan dengan perasaan itu, aku takut terluka dengan perasaan itu karna kamu tidak mengubris perasaan itu.

Aku takut terluka dengan goresan perasaan yang kubuat, aku takut kita menjadi jauh karna perasaanku ini namun aku juga tersiksa karna perasaan ini.
Satu yang tidak pernah bisa kulepaskan yaitu kegiatan yang biasa kita kerjakan, aku hanya takut kita berubah dan tak pernah mengerjakan kegiatan yang biasa kita kerjakan.

Jangan berlari terlalu kencang aku takut tak bisa menyusulmu, jangan berjalan terlalu cepat aku takut tak bisa berjalan disampingmu, jangan tertawa dengan wanita lain aku takut  kamu tak lagi tertawa karnaku, jangan pernah menyelengkat kaki wanita lain aku takut tidak lagi meneriaki namamu, jangan menonton film bersama wanita lain aku takut tak ada lagi yang menarik bantalku saat kita menonton film, jangan makan bersama wanita lain aku takut tak ada lagi yang memarahiku karna menyediakan makanan terlalu banyak, jangan menyentuh tangan wanita lain aku takut tak ada lagi yang menyentuh tanganku, jangan menyentuh kepala wanita lain aku takut tak ada lagi yang menenyentuh lembut kepala ini, jangan memainkan permainan yang menggunakan bedak dengan wanita lain aku takut tak ada lagi yang tertawa saat mengoleskan bedak kemukaku, jangan bermain gitar dan bernyanyi dihadapan wanita lain aku takut tak ada yang bernyanyi dan bermain gitar dihadapanku, jangan memarahi wanita lain aku takut tak ada lagi yang memarahiku, dan yang terakhir jangan tidur dihadapan wanita lain aku takut tak bisa lagi menatap wajahmu saat terlelap.

Maaf.
Jangan pernah marah karna aku melakukan hal-hal yang kamu benci dan jangan pernah berhenti melakukan kegiatan yang dulu biasa kita lakukan, dan yang terpenting dari segala ketakutanku
"Jangan pernah berubah dan meninggalkanku" .

Cinta Dua Hati

Jika hati ini harus terbagi, yang ku takutkan hanyalah mereka terluka.

Setiap orang selalu punya masa lalu namun ketahuilah aku wanita yang masih bermain-main dengan masa lalu, ku cintai seseorang yang masih menetap dihati ini namun separuh hatiku untuknya.
Dia yang ku maksud seseorang yang menetap dihatiku yang masih memegang status denganku namun hatiku juga masih milikmu seseorang yang dulu pernah hadir dalam kehidupanku, memberi warna dan rasa yang berbeda setiap harinya.
Air mata canda tawa amarah kecewa semua rasa itu menjadi satu saat bersamamu, maaf aku masih mencintaimu meski kini aku miliknya. Ketahuilah perasaanku masih berdiri teguh dengan namamu, meski kamu hantam dengan jutaan perasaan menyakitkan.

Maaf untuknya tuhan, jika memang itu menyakitkannya.
Tapi perasaan ini jauh lebih menyakitkan karna mencintai dua orang sekaligus, kenapa tuhan kau ciptakan perasaan yang menyedihkan sekaligus menyakitkan ini.
Aku tidak bisa memilih perasaan mana yang lebih membuatku bahagia, aku juga mencintai dia karna separuh hatiku masih dengannya namun hatiku yang lain memintaku memilihmu.

Jika pilihanku salah maafkan perasaan ini karna seseorang itu terluka, namun jika aku tidak pernah memilih salah satu diantara mereka yang ku takuti dia akan terluka karna aku masih mencintainya, kenangan masa lalu yang menyenangkan itu.
Indah sekali masa lalu ku tuhan kenapa kau ciptakan seperti itu, bahkan sampai aku terjebak terlalu dalam dengan kenangan itu.