Tembok yang kokoh itu kini hanyalah sebuah puing..

Tentang perasaan ini kita benar-benar berakhir disini tentang apa yang kita kerjakan selama apa yang kita berdua inginkan, kini semua mimpi yang kita bangun benar-benar harus dihancurkan.
Bahkan tembok besar yang kita bangun untuk melawan peperangan harus hancur sebelum sebuah perang terjadi, yang sangat mengejutkan tembok yang kita bangun bersama kini hancur karnamu.
Kita benar-benar berakhir disini...

Kamu bilang sebisa mungkin menepati janji semua jari yang kita buat, tentang perjanjian tertulis yang kita tanda tangani.
Ini benar..
Kita berakhir disini...
Rasa kecewa yang berhantaman dengan rasa sakit.
Perih sekali tuhan, jika bisa kamu rasakan ini sakit sekali.
Harus menelan rasa sakit dan kecewa secara bersamaan bahkan tanpa mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan ini.

Tidak bisa kutepati janji untuk tidak menangisimu, bahkan beberapa kali menahan perasaan yang meledak-ledak seperti ini hanya membuat dada ini sesak saja.
Menahan air mata yang sudah setengah terjatuh dipipi ini hanya membuat rasa perih dihidung, bahkan rasa perihnya menghantarkannya kedalam hati.
Jika merelakan memang sudah jadi takdir tuhan kenapa dulu sangat tabah dalam menjaga, jika marah memang kuncinya kenapa harus mengunci kebahagian yang lalu.
Tentang perasaan yang dulu kita bina dengan tembok-tembok yang kokoh itu, kupikir tak akan hancur dengan sebuah peperangan diluar sana.
Namun kenyataannya tuhan berkata lain, ternyata peperangan dari dalam ini benar-benar menghancurkan tembok yang dulu kita banggakan.

Terlihat dari luar kokoh sekali tembok yang kita bangun, namun kenyataannya sangat rapuh dari dalam, bahkan hancur menjadi puing seperti terjadi sebuah bencana alam yang begitu dahsyat.
Sepertinya yang harus kusadari sejak dulu, untuk apa membuat tembok yang kokoh seperti tembok cina kalau hanya terlihat kokohnya dari luar saja tanpa diperkuat dari dalam. 
Kini tembok yang kita banggakan hanya menjadi puing-puing yang berantakan tanpa ada yang mengurusnya, seperti ditinggalkan oleh pemiliknya.

Benar-benar hancur hati ini seperti puing-puing tembok yang kau hancurkan dan tinggalkan ini.

Untuk satu alasan air mata ini tidak mengalir lagi...

Untuk beberapa alasan mengapa cinta begitu rumit bahkan kita seperti mencari teka-teki.
Jika cinta selalu serumit yang mereka kira tentu akan menyebalkan namun untuk orang-orang sepertimu cinta bukanlah serumit yang aku kira, bahkan sepertinya kamu terlalu menganggap enteng soal cinta.
Beberapa kali aku tanyakan soal cinta, kamu bahkan sangat mudah menjawabnya bahkan dengan jawaban yang membuatku tidak berpikir dua kali dalam mengingatnya.

Satu alasan mengapa aku mulai menyukaimu adalah cara pandanganmu tentang dunia sepertinya didalam matamu ada dunia lain yang begitu luas. 
Sesering mungkin aku mengikutimu tentang cara pandang kita terhadap dunia, dan tidak terlalu memperdulikan apa kata orang.
Yang mereka tau hanyalah mencibir dan mengomentari apa yang kita lakukan sekarang, tanpa berpikir akan jadi apa nanti dimasa depan yang kita kerjakan sekarang, yang mereka dengar hanya kata-kata yang buruk tentang kita tanpa mereka gali apa yang baik tentang kita.
Aku tidak menyuruh mereka untuk mendekatiku hanya karna sekedar ingin berteman, hanya saja cara pandang mereka tentang kita sangatlah berbeda.

Kembali kepermasalahan tentang cinta...
Aku pernah membaca sebuah artikel islam tentang air mata seorang wanita, satu tetes saja air mata yang mengalir dipipinya karna seorang laki-laki maka diakhirat nanti telah menunggunya seribu cambukan akibat air mata wanita itu.
Sadar ataupun tidak hampir tiap malam air mata ini mengalir karnamu entah itu karna tersakiti olehmu atau mungkin karna rasa rindu yang menyerang, namun aku  sadar sekarang.

Jika memang aku mencintaimu untuk apa aku mengorbankanmu diakhirat nanti hanya karna air mata yang mengalir karnamu,  sesering mungkin aku tersakiti sesakit mungkin rasa rindu menyerang. 
Jika benar aku mencintaimu rasakan saja apa yang ku rasa tak perlu ada air mata lagi karnamu, bukannya aku berpura-pura untuk tegar tapi jika menangis itu membuat perasaanku menjagi lega tapi malah menyakitimu nanti.

Jika sudah waktunya, maka aku akan berhenti

Jika tuhan tau apa yang ku mau, mengapa kita yang harus seperti ini mengapa aku yang harus dapatkan ini.
Semua berubah ketika rasa itu datang, ku coba untuk menutupi namun mereka membaca, ku coba perjuangkan yang memang bisa kuperjuangkan namun kenyataannya beberapa rasa memang tidak selalu untuk diperjuangkan bahkan beberapa perasaan menolak pahit sebuah perjuangan, bagaimana tentang perasaan cinta.

Ku rasa mereka melarangku untuk mencintaimu, tapi satu hal yang selalu ingin ku ucapkan untuk mereka.

Terima Kasih..

Bagaimana perasaan saat satu sama lain saat kita ditertawakan, merasa hina saat diremehkan karna sebuah perjuangan yang mungkin salah satu dari kita tidak ingin diperjuangkan.
Beberapa orang memang pernah merasa sakit, namun salah satu dari mereka mungkin tidak semuanya tersakiti, maka dari itu aku belajar untuk tidak menyakitimu.
S'lalu berfikir bahwa mencintai sungguhlah indah bahkan untuk orang-orang yang takut untuk tersakiti, ku lihat sebuah cahaya pagi matahari namanya, dia tak pernah dibayar untuk menyinari bumi bahkan kedatangannya tidak selalu terbutuhkan.
Ku rasa dia sama sepertiku merasa tidak selalu dibutuhkan namun kenyataannya memang aku yang selalu kamu butuhkan.
Terlihat sinar rembulan bergantian dengan matahari yang sama-sama menerangi bumi.

Coba pikirkan jika cinta yang kuperjuangan seperti Matahari dan Bulan.
Untuk satu tujuan mereka diciptakan tanpa rasa yang sedikitpun berkurang untuk tetap melakukannya.

Namun jika aku berhasil memperjuangkan namun mereka tetap berusaha melarangku untuk tetap disisimu, rasa lelah karna memperjuangkanmu harus sirna karna kebencian mereka terhadapku, mungkin karna aku terlalu memperjuangkanmu.
Tapi jika aku menuruti kemauan mereka dan berhenti memperjuangkanmu disini sepertinya ini karna tembok yang terlalu kokoh dan sulit untuk dihancurkan.
Kamu bilang akan sia-sia untuk berjuang, tapi tidak ada salahnya mencoba untuk memperjuangkan kamu sampai rasa lelah yang selalu menyerangku saat tuhan berkata sudah waktunya "Merelakan" 

Seperti luka yang selalu setengah kering

Kamu tidak pernah tau rasanya berpikir bagaimana kita sekarang atau kedepannya, beberapa kata mengucilkan perasaan sesering mungkin menyayat hati dan rasa sakit yang teramat perih jika teringat.
Seperti luka yang selalu setengah kering bahkan beberapa kali mencoba untuk mengobati sesering mungkin luka itu tergores lagi dan lagi.
Banyak yang ingin aku ketahui tentang kamu beberapa masa lalu mu, berbicara dengan hati yang selalu terluka ini perih sekali.
Terlalu banyak menebak hingga akhirnya mencari kesimpulan sendiri lalu terluka lagi, beberapa kali rasa itu terulang, sesering mungkin merasa bodoh tapi selalu dilakukan.

Kamu bilang jangan terluka lagi tapi sesering mungkin mencoba mengobati tak akan pernah sembuh jika selalu tergores, kamu bilang tak usah perduli tapi kenyataannya hanya akan membuat luka yang semakin dalam.
Beberapa pertanyaan selalu menebak sebuah jawaban, hingga tak bisa berpikir seberapa beraninya menanyakan pertanyaan bahkan berbicara denganmu saja terlalu sakit.
Sesering mungkin rasa ingin tahu ini terpendam, tidak ingin lagi memperdulikanmu tapi kenyataannya selalu bertanya tentangmu.

Siapa kamu...
Bagaimana masa lalumu...

Tidak perduli seberapa sering suara kerasmu bergema bahkan seperti sebuah nada ditelingaku.
Tidak perduli beberapa kata tajam meneriakiku itu selalu seperti pujian untukku.

Kamu bilang tidak ingin mencari masa lalu tapi kenyataanya kamu selalu terjebak dibayangnya, sesering mungkin aku mencoba membantumu, menarikmu keluar dari bayangan hingga kamu menyadari selalu punya bayangan dalam dirimu.
Sesekali tertegun, berbicara soal cinta? Tak akan pernah habis dibicarakan, namun selalu kamu tepis pernyataannya.
Seberapa sering kita berbicara? Mengenai apa yang kita suka, apa yang tidak kita suka, bermain tertawa dan membuat lelucon hingga saat pertanyaan yang serius kamu jawab selalu dengan lelucon. Bahkan sesekali murka dengan pertanyaanku tapi entah mengapa selalu terjawabkan olehmu.

Kamu bilang tidak pernah bisa tertawa dengan mereka tapi kenyataanya kamu selalu tertawa bersamaku bahkan beberapa kali senyum smanis selalu terukir dibibirmu, indah sekali tuhan..
Tidak sadarkah kamu? Satu atau bahkan beberapa wanita menyukai itu, namun selalu kau biarkan tersembunyi.
Kamu bilang tak perlu mencampuri beberapa hal namun selalu ingin tahu tentangmu hingga beberapa kali kamu murka, berkata seperih sebuah ujung pisau yang tajam.
Bisakah kamu rasakan? Seberapa perih terkena pisau yang kamu arahkan, bahkan pisau itu selalu kau gunakan untuk melindungimu.

Sebuah perisai

Itu yang kumaksud, kamu terlalu melindungi yang menurutmu terlalu berharga, namun kenyataannya sesuatu yang kamu lindungi memang harus diceritakan tentang siapa, apa, bagaimana mengapa, dan kenapa.
Biarkan saja seperti sebuah jendela tua yang sesekali akan terhempas oleh angin, dan akan ada waktunya untuk terhempas lagi dan menutup jendela itu lagi.
Dan aku berharap menjadi angin yang menghempaskan jendela itu.

Apa saya harus melepaskanmu?

Kamu bilang tidak ingin melepas namun kenyataannya kamu melepaskan, aku bilang tidak ingin merelakan tapi kamu yang rela dilepaskan.
Mereka kira aku mudah melupakan, melepas dan kehilangan. Mereka dengar aku mudah mencintai namun mudah juga bangkit kembali.
Aku kira pada titik rendah saat ini, kan kutepis semua omongan mereka, beranggapan bahwa melepaskanmu itu lebih penting dari siapapun.
Lebih baik tak perlu saling melepas mungkin saja ada baiknya kita mengurangi, setiap kata dalam percakapan sebuah senyum dan canda tawa juga beberapa rasa cinta yang semakin menuai.

Kamu bilang lebih baik kehilangan dia dibanding mereka, namun kenyataannya mulut tidak selalu sejalan dengan hati.
Beberapa hal mungkin tidak sesuai dengan presepsi hidupmu, namun apa salahnya memperjuangkan yang sesuai dengan keinginanmu?
Bagaimana saya harus melepaskanmu saat perasaan ini semakin menjadi-jadi, mereka bilang selalu terluka dengan kita, namun kenyataannya mereka hanya iri dengan apa yang kita kerjakan.

Dia bilang kebahagiaanmu tidak selamanya terletak ditanganku, tapi setidaknya beberapa senyum dan tawamu tercipta olehku.

Beberapa orang mengatakan harus kuat dalam semua hal, namun kenyataannya kuat saja tidak cukup, pengorbanan dan rasa saling menghormati selalu menjadi parasit dalam sebuah kekuatan.
Kamu bilang pengorbanan terbesarmu itu menghormati, tapi kenyataannya jika menghormati itu malah hanya membuatmu merasa bersalah untuk seumur hidup, yang mana yang harus saya pilih?
Tetap mencintaimu dengan pengorbanan saya kehilangan semuanya atau menghormati namun selalu menyesali perbuatan ini seumur hidup?

Kamu bilang harus kuat menerima kenyataan tapi menurutku tidak semua orang siap menerima kenyataan yang menyedihkan.
Kupikir dunia ini akan senantiasa berpihak bersamaku. Tapi tuhan selalu memberi jalan pilihan lain.
Pilihan yang menurutnya amat mudah namun terlalu sulit untuk dipilih, bahkan beberapa orang takut untuk menerima pilihan darinya.

Kamu bilang melepas itu sama halnya dengan menerima kenyataan.
Kupikir tidak benar juga, lantas apa yang harus aku lakukan sekarang.

Merelakan kamu dan kita benar-benar berakhir disini serta rasa penyesalan seumur hidup yang menghantuiku atau kutinggalkan mereka demi secercah harapan bahagia bersamamu?

Dia mungkin tak memercayaiku namun kuberi dia segala yang kumiliki

Yang kuinginkan bukanlah sebuah peperangan, juga bukan setitik harapan atau bahkan keinginan untuk perdamaian.
Yang kubutuhkan hanya berdiam meratapi kenangan lalu, mencoba untuk bangkit dan tidak mengenal sama sekali.
Dia bilang ini hanya perpisahan namun bagiku ini lebih dari perpisahan.

"This is more than
goodbye"

Dia bilang ini hanya sementara namun yang kurasa ini lebih dari sementara.
I know it just a feeling, and I can't believe that it's over.
Dia bilang semua kehidupan selalu berakhir, namun bagiku semua tidak selalu menyedihkan seperti ini.
Dia bilang terlalu banyak mengetahui sesuatu membuat yang lain terluka, dia benar dan selalu benar, yang ingin  kutau hanyalah sesuatu yang lebih tentangnya.
Jika saja aku tidak ingin mengetahui lebih dari ini, mungkin aku tidak terluka hancur bahkan berantakan seperti ini.
Dia bilang terlalu ikut campur tidak baik untukku, namun aku selalu ingin tau tentangnya.

Yang kutau hanyalah ini sebuah perasaan, tentang siapa yang harus diperjuangkan atau siapa yang harus dibahagiakan.
Yang dia tau hanya menutup diri dari oranglain, berbicarapun tidak selalu menyenangkan.
Yang dia tau hanya berbicara dan menyakiti.
Namun yang kurasa berbeda, beberapa kali terluka terhina merasa pahit namun tetap saja mencintainya.

Bodoh..
Yang kutau hanya cara membahagiakannya bukan mengingat keburukannya, yang kupikirkan hanya mencintainya bukan membencinya.
Selalu yang dia rasa sejalan denganku, namun tentang perasaan itu.
Dia benar-benar berakhir disini, tentang perasaan yang tidak boleh dianggapnya juga kenyataan bahwa dia selalu memikirkan seseorang, yang dia tau hanya mengelak berdoa mencoba untuk tidak melukai hati seseorang.
Dia bilang ini tidak selalu menyenangkan namun yang kurasa ini terlalu menyakitkan.
Ini lebih dari perasaan, hanya perasaan yang kumiliki.

Kamu yang membuka sebuah jendela..

Saat aku melihat matamu itu seperti melihat luasnya dunia melihat air terjun yang mengalir.
Seperti sungai yang mengalir menuju muara, seperti deru suara ombak yang ramai..

Kamu seperti lautan..
Terlalu sulit untuk ditebak.
Kadang teralu sunyi untuk diusik, juga terlalu agresif untuk dibiarkan..

Kamu itu seperti tebing, terlihat kokoh dari luar, namun terlihat rapuh dari dalam.
Apa itu seperti kamuflase?
Jika iya, apa saya telah merapuhkan hatimu? Atau mungkin kamu yang telah merapuhkan hatiku? Iya...
Kamu itu seperti pertanyaan dan aku selalu seperti jawaban.
Aku selalu bertanya tentangmu, namun aku pula yang menjawab.
Kamu selalu membuatku bergetar hebat saat menatapmu, seakan aku terkena hipnotismu.

Kamu tidak perlu menjadi siapa-siapa untukku bahkan kamu menjadi siapapun untukku, tak perduli seluruh dunia menyerangmu tak perduli dunia selalu menghujanimu dengan komentar sinisnya tidak usah perdulikan alam tidak memihak siapapun.
Untukku kamu selalu menjadi dirimu tak perlu menjadi orang lain, kamu bahkan berdiri teguh dengan pendirianmu.

Aku suka..
Saat orang lain merasa menyerah pada apa yang ia lakukan tidak pernah berhasil, namun kamu tidak merasa tidak berhasil.

Aku cinta..
Saat kamu selalu memulai hal baru yang tidak pernah ku ketahui, kamu bahkan membuka jendela dunia yang lebih luas.
Lihatlah sebuah jendela tak apa jika kamu takut untuk membukanya, lihatlah apa yang terjadi didepanmu namun kamu tidak pernah merasakan apa yang kamu lihat.
Tidak perduli apa yang kamu takuti di luar jendela tua itu.
Jika suka lihatlah, jika sayang jagalah, jika tidak suka tak perlu membenci, namun jika membencinya tidak perlu pergi.

Aku bisa mencintaimu melebihi apapun...

Terkadang aku terlalu sering merindukan kenangan, entah itu tentang yang aku dan kamu lakukan atau mungkin aku hanya rindu wajah manismu.
Rindu ini teramat berat saat kamu tidak mengubrisnya, rindu ini terasa perih saat kamu tidak mau menangkapnya.

Aku Rindu...
Saat mata kita tak sengaja saling bertemu atau saat kita saling diam tapi pemikiran kita melayang entah kemana.
Kita seperti sepasang burung merpati, pergi dan menghilang namun akhirnya menyatu kembali, diam dalam keheningan namun tersenyum saat sesuatu yang lucu terjadi dengan kita.
Percakapan yang singkat namun sangat mengartikan.
Senyum yang simpel namun merindukan.
Suara tawa yang renyah namun terhalang oleh tangan.
Pita suara yang lembut saat bernyanyi..
Oh tuhan betapa rindunya kenangan kemarin, seperti mimpi saat melihatmu membicarakan hal lucu dan tertawa terbahak-bahak saat salah satu dari kita melakukan hal bodoh.
Indah sekali tuhan..
Perasaan yang sangat manis yang kurasakan namun menyakitkan saat tidak bisa terulang.

Perasaan rindu mungkin tidak pernah salah namun semua terletak pada seseorang yang kita rindukan.
Bicara soal rindu namun seseorang tak ingin dirindukan, menyakitkan memang seperti hatimu yang sudah remuk namun tetap dibanting dan akhirnya terpecah belah berserakan dilantai.

Aku rindu kamu...
Saat salah satu telinga kita memakai headseat dan mendengarkan sebuah lagu indah..
Berarti sekali lagu itu.
Sebuah lagu tentang perasaan cinta, menyenangkan saat mendengarnya bersamamu.
Can't you see it's you, you make me feel this way.
Kita berbicara bercerita tentang masa depan, sebuah jokes kamu keluarkan untuk mencairkan suasana yang menegangkan itu.
Oh tuhan aku sungguh cinta dia..

Perasaan yang terlalu mendalam untuk ditelusuri, perasaan yang terlalu banyak untuk diukur.
Bahkan lautan paling dalam melebihinya perasaanku, tidak bisa diukur dengan benua terbesar sekalipun.
Haruskah cinta sedalam dan seluas itu?